26 January 2017

sebuah senyum dari suatu kota



Tadi aku melihat seorang laki laki tua
Duduk di pinggir jalanan ibukota yang seperti biasanya,  padat merayap
Oh dia tdk sendiri
Ada juga teman temannya,  lebih muda atau berusia sama
Aku mengalihkan pandanganku dan melihat apa yg dijajakannya
Mainan mobil mobil an

Dia tersenyum pada papa sambil menawarkan mobil mobilan itu
Astaga. Siapa yang akan membeli barang seperti itu.  Bahkan kulihat teman disebelahnya memasang wajah pasrah,  seperti,  "ah sudahlah.... "
Pikirku,  kenapa tdk menjual barang yang lain yg lebih diperlukan,  yang pasti dibeli
Buat apa buang waktu menunggu
Ditemani kepulan asap kendaraan
Bagaimana dengan parumu
Belum lagi terik matahari
Dan dagangan yang tak laku
Apa yang akan kau bawa pulang ke rumah untuk ank dan istri mu?
Juga berapa untung dari setiap penjualan mainan itu

Tapi
Bahkan dia bisa tersenyum.
Kau tau,
Menurutku dia tidak punya alasan untuk tersenyum.  Namun ia memilih tersenyum
Menurutku kau lebih beruntung,  kau bahkan punya sejuta alasan untuk tertawa hinggq subuh
Kau tau
Mungkin kau lebih bahagia
Tp mungkin kau tidak sebijak laki laki tua yang menjual mobil mobilan itu
Dia tersenyum bahkan dengan keadaannya yang tak pasti
Masa depan
Hari esok
Mungkin tidak pernah ada dalam pikirnya

Aku tdk tau. Padahal itu hanyalah sebuah senyuman
Namun aku merasa
Tuhan mengijinkanku untuk melihatnya dan memaknainya lebih dari sebuah senyuman
Aku tidak akan pernah melupakan senyuman laki laki penjual mobil mainan
Dan oh
Ibu tadi yang menjual foto kami yang sudah dicetak.  Namun kami tidak membelinya
Sungguh aku merasa seharusnya kami hrs memperbaiki paradigma kami bahwa,  sedikit uang adalah hidup bagi mereka yang berkekurangan

Tetap tersenyum.  Sepahit apapun hari yang kau hadapi
Sebagaimanapun dunia memintamu untuk menangis
Senyum laki laki itu bisa membuatku menyadari banyak hal
Mungkin juga senyumnya menyadarkan orang orang lain di jalan raya sore tadi
Kau mungkin tidak memiliki dunia
Namun kau benar benar memberikan dunia ke pada orang yg bahkan tak tau apa itu kehidupan

Terimakasih bapak,  untuk sebuah senyuman
Sebuah simpul kebahagiaan yang telah kau berikan kepadaku
Dan akan ku ceritakan
Kurangkai kembali menjadi simpul simpul kebahagiaaan yang lain dan menunjukkanya pada dunia








Jakarta, 24 December 2016 , 01.25 WIB


No comments:

Post a Comment